Ansorkotapekalongan.com - Gelaran Konferwil PWNU Jawa Tengah akan dihadiri kurang lebih 2000 orang pengunjung, terdiri dari peserta dan penggembira. Konferwil akan diikuti oleh 36 PCNU se-Jawa Tengah dengan perkiraan peserta mencapai 1700 peserta.
"Kurang lebih ada 1700 orang yang hadir, belum lagi ditambah hadirin penggembira sekitar 2000 orang."ungkap Adzim, salah seorang pengurus PCNU Kota Pekalongan.
Dari ribuan orang tersebut, peserta yang diijinkan masuk arena Konferwil hanya 4 orang dari masing-masing PCNU. Ditambah dengan 1 orang utusan/peserta peninjau dari MWC se-Jawa Tengah.
"Pengamanan Konferwil ini akan melibatkan Banser, Pagar Nusa dan CBP."kata Ndan Bidin, Kasatkorcab Banser Kota Pekalongan. "Dan semuanya dibawah koordinasi Satkorcab Banser Kota Pekalongan.
Konferensi Wilayah PWNU Jateng merupakan musyawarah tertinggi Nahdlatul Ulama di tingkat Propinsi. Dalam konferwil ini akan disampaikan Laporan Pertanggungjawaban PWNU periode yang lalu, dan akan dibahas pula program-program ke depan. Puncaknya, Konferwil akan memilih Rois Syuriyah dan Ketua Tanfidhiyah yang baru untuk masa khidmah 2024-2029 mendatang.
"Seluruh Pengamanan rangkaian Konferwil akan kita Backup." lanjut Zaenal Abidin atau Ndan Bidin. "Dari ring terluar, arena parkir hingga ring 1 arena konferwil sudah kami plotkan personil Banser, Pagar Nusa maupun CBP. Termasuk Kotak Suara Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) kami jaga."
Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) bukan istilah asing di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Sistem yang tercermin dalam musyawarah mufakat itu pertama kali diterapkan dalam Muktamar ke-33 NU di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Istilah AHWA merujuk pada sejarah Islam yang terjadi di masa sahabat. AHWA merupakan sebuah sistem untuk memilih pemimpin yang pernah dilakukan pasca-wafatnya sahabat Umar bin Khattab RA.
Saat Umar bin Khattab dalam keadaan sakit karena ditusuk belati oleh seorang budak Persia, ia kemudian menunjuk enam orang yang terdiri dari Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf.
Keenam orang itulah yang kemudian menjadi badan formatur atau Ahlul Halli wal Aqdi yang bertugas untuk bermusyawarah dalam menentukan pengganti pemimpin selanjutnya,
0 Komentar